Dari Yogyakarta untuk Kalimantan Tengah (oleh Wawan Wiraatmaja)
Tulisan diambil dari arsip Kalteng.net (7-5-2003)
Yogyakarta “Berhati Nyaman” ternyata juga menyimpan catatan tersendiri bagi pergerakan kemerdekaan di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Tengah. Tulisan di bawah mencoba memberikan sedikit cerita yang menghubungkan Yogyakarta dan Kalimantan Tengah. Ketika masih terdiri dari satu Propinsi Borneo (Kalimantan) dengan Gubernur pertama Ir. Pangeran Mohamad Noor, banyak putra-putra Kalimantan yang dilatih dan dibekali pendidikan (termasuk pendidikan militer) di Yogyakarta. Hal ini terjadi terutama karena perpindahan ibukota negara dari Jakarta ke Yogyakarta pada tahun 1946.
Dari Yogyakarta diatur taktik dan strategi untuk memberitahu masyarakat di Pulau Kalimantan mengenai kemerdekaan Republik Indonesia. Disepakati untuk mengirimkan beberapa ekspedisi yang bertugas ke pedalaman Kalimantan dan mencari tahu bagaimana reaksi masyarakat di Kalimantan. Rombongan atau pasukan ini pula yang ditugaskan untuk membentuk perwakilan pemerintah Republik Indonesia dan mengatur strategi perjuangan bersama para pejuang di pedalaman Kalimantan. Tercatat dalam salah satu rombongan ini adalah Tjilik Riwut (Alm.) dan Reinout Sylvanus. Perjalanan rombongan Tjilik Riwut memakan waktu sembilan bulan dua puluh satu hari sejak 2 Pebruari 1946 sampai kembali ke Yogyakarta lagi pada 5 Desember 1946.
Setelah perjalanan tersebut pada tanggal 17 Desember 1946 di halaman istana presiden RI di Yogyakarta (sekarang Gedung Agung di ujung Malioboro), diserahkan Sumpah Setia Masyarakat Suku Dayak pedalaman Kalimantan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Penyampaian sumpah setia dilaksanakan oleh tujuh orang pemuda (dua diantaranya adalah Tjilik Riwut dan Reinout Sylvanus) mewakili seluruh masyarakat Suku Dayak Kalimantan dan diterima langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Wakil Presiden Republik Indonesia, para Menteri, para Gubernur dan disaksikan oleh Gubernur Kalimantan pertama Ir. Pangeran Mohamad Noor beserta staff, juga wartawan-wartawan dan para pegawai Kantor Gubernur Kalimantan yang berada di Yogyakarta.
Sumpah setia ini menandai suatu babak baru dimana seluruh masyarakat suku dayak di Kalimantan menyatakan tekad bersatu dengan Republik Indonesia dan akan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah yang ingin kembali.
Dari Yogyakarta pernah dilatih dan diberangkatkan pasukan payung pada tanggal 17 Oktober 1947 ke pedalaman Kalimantan. Dengan menggunakan Dakota RI-2 dipiloti Mayor Udara Suhodo diberangkatkan dari Lapangan Udara Maguwo, dibawah komando Mayor Tjilik Riwut 14 orang pasukan payung dari AU diterjunkan di daerah Sambi, Kabupaten Kotawaringin. Tiga anggota pasukan gugur sebagai suhada bangsa yaitu Kapten Udara Harry Aryadi Sumantri, Letnan Muda Iskandar dan Serma Kosasih. Misi penerjunan itu membuka mata dunia pada kemampuan para pejuang Indonesia, khususnya dari AURI.
Ibukota Republik Indonesia kemudian kembali ke Jakarta bersamaan dengan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda lewat Konperensi Meja Bundar tanggal 27 Desember 1949. Indonesia kemudian banyak berurusan dengan masalah politik dalam negeri termasuk berbagai pemberontakan di beberapa daerah yang muncul.
Dengan UU Darurat No. 10 Th. 1957 yang berlaku mulai 23 Mei 1957 dibentuklah daerah swatantra Propinsi Kalimantan Tengah. Pada tanggal 14 Juli-20 Juli 1957 Presiden Soekarno melakukan kunjungan ke Kalimantan yaitu ke Banjarmasin, Pulang Pisau dan Pahandut. Di Pahandut dilakukan peletakan batu pertama pembangunan ibukota Propinsi Kalimantan Tengah yang kemudian diberi nama Palangka Raya. Sebagai Gubernur Kalimantan Tengah yang pertama dipilih Tjilik Riwut.
Pemerintah daerah Kalimantan Tengah di awal berdirinya propinsi Indonesia ke-17 itu menyadari bahwa berbagai infrastruktur penunjang untuk pembangunan sangat minim. Salah satunya dalam hal pendidikan dimana jumlah mereka yang memiliki pendidikan mencukupi untuk menjalankan pemerintahan dan pembangunan masih sangat sedikit. Berdasarkan hal inilah dengan dukungan dari pemerintah pusat dilakukan pengiriman tenaga pendidik dari Jawa ke Kalimantan Tengah dan pada saat yang bersamaan dilakukan pengiriman para putra daerah melanjutkan pendidikan ke daerah lain terutama ke Jawa. Banyak guru yang dikirim ke Kalimantan Tengah yang berasal dari Yogyakarta, ini bisa terjadi karena adanya hubungan yang baik yang terbentuk ketika tokoh-tokoh daerah Kalimantan Tengah berada di Yogyakarta.
Bukti hubungan ini juga terlihat ketika Universitas Palangka Raya didirikan pada 35 tahun lalu (10 Desember 1963). Saat itu pendirian sebuah universitas menjadi syarat suatu propinsi. Karena kurangnya lulusan SLTA dan sedikitnya tenaga pendidik dosen maka pemerintah daerah Kalimantan Tengah memasang iklan di koran di Yogyakarta (koran Kedaulatan Rakyat) mengundang lulusan dari Jawa agar bersedia ke Kalimantan Tengah.
Wawan Wiraatmaja
Bacaan:
Kalimantan Memanggil karangan Tjilik Riwut, 1958.
Kalimantan Membangun, karangan Tjilik Riwut, 196?.
Profil Propinsi Kalimantan Tengah, Depdagri, 1993.
Berbagai sumber.